Bireuen. Bertepatan dengan Hari Disabilitas Internasional dan Volunteer Internasional, Dosen dari Prodi Ilmu Hubungan Internasional dan himpunan mahasiswa hubungan internasional Umuslim, melakukan pengabdian kepada masyarakat di Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Meunasah Blang, Kabupaten Bireuen, provinsi Aceh.
“Saat ini kaum disabilitas banyak dikesampingkan dan mendapatkan pelayanan kurang layak dari berbagai pihak. Bahkan di tengah masyarakat sendiri mereka kurang diperhatikan. Sebut saja seperti fasilitas umum yang masih banyak tidak mendukung para disabilitas, pembatasan lahan lowongan pekerjaan dan dikriminasi-diskriminasi yang lain. Fakta yang demikian itu membuat para penyandang disabilitas harus bangkit sendiri bahkan tak heran banyak dari mereka menyerah dari persaingan kehidupan yang lebih mengedepankan orang “normal”. Menurut Bapak Risky Novialdi selaku pembicara pada acara tersebut.
“Hal ini diperparah dengan ada yang dari pihak keluarga tidak memberi dukungan sama sekali untuk menggali potensi mereka dan lebih memilih menyembunyikan mereka di rumah. Solusi untuk fakta ini adalah kita dan semua pihak baik itu keluarga, masyarakat, para akademisi, dan juga instansi-instansi pemerintahan serta pihak swasta, harus bersinergi membangkitkan semangat mereka. Tujuan Besarnya adalah memberikan sebuah harapan dengan menanamkan keyakinan bahwa disabel (ketidakmampuan) bukan istilah yang tepat untuk mereka, tapi difabel (kemampuan yang berbeda) adalah kata yang lebih cocok. Di akhir kata pak Risky Novialdi menyampaikan sebuah kata semangat dengan meminta semua pihak berdiri dan mengucapkan sebuah kalimat pembakar semangat bagi semua pihak terutama bagi penyandang difablilitas serta keluarga, kalimat tersebut yaitu “Kami Juga Bisa”. Semua pihak dengan mata berkaca-kata ikut mengucapkan kata tersebut sehingga membangkitkan gairah dan semangat semua pihak pada saat itu.
Acara tersebut sangat disambut hangat oleh anak-anak dan guru SDLB, berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh panitia mengenai acara tersebut, mereka sangat bahagia karena pihak kampus dan anak-anak muda masih memperhatikan mereka (penyandang difabilitas), dan sukses membuat mereka tertawa lepas pada kegiatan tersebut. Beliau menjelaskan kepada panitia bahwa fasilitas sekolah SDLB di aceh masih sangat kurang dibandingkan dengan SDLB yang ada di pulau Jawa. Para guru SDLB juga sudah melakukan pengajuaan untuk mendapatkan fasilitas yang baik, namun masih belum ada respon dari pemerintah daerah. Dengan adanya kegiatan seperti ini harapan besar untuk SDLB Bireuen lebih di perhatikan oleh pihak kampus dan mahasiswa di seluruh Aceh dan masyarakat Bireuen sendiri. Sehingga para orang tua yang memiliki anak-anak penyandang disabilitas di daerah Bireuen dapat dimasukkanke SDLB Bireuen Menasah Blang, mengingat masih sangat minim pelajar di sekolah tersebut.***